Archive for Agustus 2012
Muhammad Natsir
“Pilihlah salah satu dari dua jalan,
Islam atau Atheis.” adalah kutipan pidato Muhammad Natsir di Parlemen Indonesia
di masa kemerdekaan. Muhammad Natsir adalah tokoh Islam kontemporer dunia
Islam, mujahid dan politikus piawai. Mencurahkan segenap kemampuan untuk
menjadikan Islam sebagai sistem pemerintahan Indonesia, dan melawan orang-orang
yang menghalangi tegaknya Islam. Hingga riwayat hidupnya tercatat dalam buku “Mereka
yang telah pergi, Tokoh-tokoh Pembangunan Pergerakan Islam Kontemporer”.
Muhammad Natsir lahir pada tanggal
16 Juli 1908 di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia dibesarkan
di keluarga agamis, ayahnya Idris Sutan Saripado seorang ulama terkenal di
Indonesia adalah pegawai pemerintah dan pernah menjadi Asisten Demang di
Bonjol. Natsir adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dia kemudian diangkat
menjadi penghulu atau kepala suku Piliang dengan gelar Datuk Sinaro Panjang di
Pasar Maninjau.
Natsir pada mulanya sekolah di
Sekolah Dasar pemerintah di Maninjau, kemudian HIS pemerintah di Solok, HIS
Adabiyah di Padang, HIS Solok dan kembali HIS pemerintah di Padang. Natsir
kemudian meneruskan studinya di Mulo Padang, seterusnya AMS A 2 (SMA jurusan
Sastra Barat) di Bandung. Walaupun akan mendapatkan beasiswa seperti di Mulo
dan AMS untuk belajar di Fakultas Hukum di Jakarta atau Fakultas Ekonomi di
Rotterdam, dia tidak melanjutkan studinya dan lebih tertarik pada perjuangan
Islam.
Kehidupan Lumut
Lumut itu pioner. Dia bisa hidup di lingkungan yang
amat “menyakitkan”. Bahkan dia tidak hanya hidup sendiri, dia membuat
lingkungan menjadi subur dan “menciptakan” kehidupan tanaman lain. Dia ada
dengan “keberaniannya”, dan tidak egois, hidupnya membawa kehidupan orang lain.
Tetapi, lumut begitu mungil dan kecil. Ketika banyak
tanaman yang lebih besar darinya tumbuh, dia lenyap begitu saja. Tempatnya
“dijajah”. Namun dia tak lantas membalas dendam.
Dia akan tumbuh di tubuh tanaman besar itu, bagian
yang teduh. Dia tetap “menyambung tali silaturrahim”. Meski lagi-lagi dia akan
diusir. Tapi dia tak pernah putus asa untuk melakukan sesuatu. Agar tetap eksis
di lingkungan yang dia rintis.
Dia juga bisa tumbuh di atas batu. Dia mereduksi batu
itu menjadi sesuatu yang lebih lembut, pasir atau bahkan debu. Dari yang bahan
bakar Jahannam menjadi benda yang menyucikan bagi orang-orang yang bertayamum.
Ketika manusia makin serakah, tanaman yang besar itu
roboh satu demi satu. Mereka seolah sedang “diadzab” dan dibumihanguskan. Tapi
lumut, bagaimana keadaanmu kini?