- Back to Home »
- Kisah »
- "BUKAN URUSAN SAYA"
Posted by : Himmatul Aliyah
Selasa, 05 November 2013
Suatu ketika Kekhalifahan utsmani yang waktu itu
dipimpin Sultan Ahmad I baru saja mengalami sebuah kekalahan yang besar. Hal
ini kemudian menjadikan sang khalifah bingung dan kecewa, maka diputuskanlah
untuk mengutus orang untuk bertanya kepada seorang ulama.
Seorang ulama besar, yang sangat dipercaya oleh
khalifah waktu itu adalah Syeikh Muhammad Sa’ dudin bin Hasan Khan al-Tabrizi
(wafat 1008H). Pertanyaan sang utusan khalifah tersebut berbunyi, “ Apa
kekurangan yang terdapat di Negara ini (sehingga kita mengalami kemunduran dan
kekalahan daripada musuh) padahal Allah menjanjikan kememangan bagi umat
Islam?” sang syeikh menjawab dengan kalimat yang sangat sederhana dan ringkas,
“Bukan urusan saya.” Tentu saja jawaban dari sang syeikh ini membuat heran
utusan sang khalifah. Bagaimana tidak, sang syeikh yang terkenal sebagai
seorang yang hebat, mampu menjawab ratusan permasalahan hukum dan fatwa melalui
hafalannya tanpa merujuk kitab terlebih dahulu. Tetapi mengapa ketika
ditanyakan padanya permasalahan yang begitu serius ini jawaban beliau terkesan
menyepelekan dan acuh tidak acuh.
Mendengar apa yang disampaikan oleh sang utusan itu,
terkait jawaban syeikh maka segera saja Sang khalifah memerintahkan syeikh ini
menghadap segera, lalu memarahinya. Baginda bertanya, “ Mengapa tuan
mengabaikan pertanyaanku? Beraninya tuan menjawab ‘bukan urusan saya’ untuk
satu masalah yang sangat penting ini?” Akhirnya, dengan tenang syeikh ini menjelaskan
, “ Saya tidak mengabaikan pertanyaan tuanku. Sebaliknya saya menjawab
pertanyaan tersebut dengan teliti dengan kalimat ‘Bukan urusan saya’. kalimat
inilah penyebab utama kemunduran umat Islam.
Jika setiap individu, mulai dari pemerintah hingga rakyat
bersikap mementingkan diri sendiri, dan berkata ‘bukan urusan saya’ apabila
berhadapan dengan masalah umat, maka kemunduran dan kekalahan demi kekalahan
akan terus menerus menimpa umat Islam.” Akhirnya sultan Ahmad pun malu dan
meminta maaf pada syeikh tersebut. Melalui kisah di atas kita semua dapat
mengambil hikmah bahwa fenomena “bukan urusan saya” ini sedang menjangkiti
rakyat negeri ini dan juga umat secara umum. Sehingga setiap masalah bukannya
selesai tetapi semakin menumpuk.
Masalah korupsi, masalah penegakan hukum, dan berbagai
masalah terkait dengan ketidak adilan. Jika saja sampah menumpuk diselokan di
sebuah lingkungan dan tak ada seorangpun yang mau membersihkan dan memulainya
dan hanya bisa mengatakan “bukan urusan saya” , dan ternyata tetangganya juga
berpikir yang sama maka sudah tentu lingkungan itu akan mendapatkan sebuah
kebinasaan berupa banjir maupun kerusakan lingkungan. Jika saja terjadi sebuah
kebakaran di suatu tempat dan tidak ada seorangpun yang mau untuk memadamkan
karena berpikir “bukan urusan saya”, maka api yang telah berkobar itu bukannya
akan padam tetapi kemudian akan membesar dan menjalar ke semua warga. Jika saja
terjadi bencana alam di sebuah tempat dan tak ada satupun yang mau membantu
karena semua berpikir “bukan urusan saya”, maka penderitaan demi penderitaan
akan menimpa korban bencana tersebut dan betapa mengerikannya kita sebagai
manusia yang sangat tidak peduli terhadap sesama.
Bukan urusan saya, jika satu orang saja berpikir ini
maka bisa jadi pikiran yang sama menghinggapi orang lain di sekitar kita. bukan
urusan saya, jika ini dapat kita buang jauh-jauh maka tentu akan menjadikan
energy positif kepada kita sehingga mau untuk menebar manfaat bagi sesama. Dan
jika pada saat yang sama semua orang bersama-sama membuang jauh-jauh kata “
bukan urusan saya” maka akan menjadikan kehidupan lebih baik. Permasalahan akan
mudah terselesaikan jika bersama-sama dikerjakan. Marilah kita hilangkan jauh
jauh, kesan persaan dan sikap “bukan urusan saya” .