- Back to Home »
- Setitik embun »
- Sudahkah Mencintai Sholat?
Posted by : Himmatul Aliyah
Selasa, 05 November 2013
Sholat menjadi beban tersendiri bagi sebagian orang,
mereka merasa seolah memikul beban berton-ton saat kumandang adzan mengetuk
gendang telinga. Enggan rasanya melangkahkan kaki untuk mengambil air wudhu dan
sholat. Menunda menjadi pilihan, ada saja alasan untuk tidak sholat di awal
waktu. Lalu ketika tanpa sengaja terlewat, ia hanya membatin sejenak ‘ya allah,
aku belum sholat’. Dan jika berlanjut, dilakukan berulang kali.. maka
meninggalkan sholat akan menjadi hal biasa. Telinga mereka menuli atas jeritan
hati.
Sebagian yang lain hanya menjadikan sholat sebagai
formalitas, penggugur kewajiban. Maka sholatnya hanya asal sholat. Lebih suka
sholat sendiri ketimbang berjamaah, baginya.. berjamaah itu buang-buang waktu.
Maka jangan tanya berapa detik ia bertahan dalam ruku’ dan sujudnya. Baginya
asalkan sudah sholat maka sudah cukup, toh sudah memenuhi kewajiban.
Sholat.. seperti apa ia bagimu? Jangan keburu kau jawab..
coba renungkan dulu sejenak. Coba ingat-ingat lagi.. Bukankah hakikatnya,
sebenarnya kita yang butuh sholat?
Bukankah Allah tidak membutuhkan sholat kita?
Sekalipun Allah memang menciptakan kita untuk menyembahNya, tanpa sholat dan
ibadah kitapun.. Allah akan tetap menjadi Tuhan Semesta Alam. Itu mutlak. Tak
dipengaruhi oleh apapun. Lailahaillallah.. Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah..
Tidakkah kita menyadarinya? Bahwa kita yang
membutuhkan solat, membutuhkan bersujud kepada Allah untuk menumpahkan keluh
kesah kita, untuk mensyukuri limpahan nikmat dariNya, untuk menyejukkan hati yang
lelah.
Bukankah hati kita terasa tenang saat kita
menghadapNya? Bukankah basuhan air wudhu, ruku’ dan sujud kita seolah
menyingkirkan beban-beban pelik di dunia yang sementara ini?
Shalat adalah hubungan langsung antara manusia yang
fana dengan kekuatan yang abadi. Ia adalah waktu yang telah dipilih untuk
pertemuan setetes air yang terputus dengan sumber yang tak pernah kering.. Ia
adalah kunci perbendaharaan yang mencukupi, memuaskan, dan melimpah. Ia adalah
pembebasan dari batas-batas realita bumi yang kecil menuju realita alam raya.
Ia adalah angin, embun, dan awan di siang hari bolong nan terik. Ia adalah
sentuhan yang lembut pada hati yang letih dan payah. (Sayyid Quthb dalam
Zhilal)
“Ia.. adalah sentuhan yang lembut pada hati yang letih
dan payah”. Maka cintai sholat, ia bukan beban yang membuat kita
terbungkuk-bungkuk memikulnya, bukan pula sebuah peraturan formal yang tak
memiliki arti lebih selain untuk dipatuhi. Maka cintai sholat, jangan hanya
saat dunia terasa sempit dan menyesakkan dada.. tapi juga saat ia terlihat
berkilauan indah. Maka ruku’ dan sujudlah saat kau ingin meminta pertolongan,
karena Allah lah sebaik-baik penolong. maka ruku’ dan sujudlah saat kau ingin
bersyukur, karena segala puji hanya milik Allah..
Wallahu ‘alam..